
Dalam proses audit merek yang komprehensif, data kuantitatif dari metrik penjualan dan engagement digital saja tidak cukup. Untuk benar-benar mengukur kesehatan dan posisi merek, sangat penting untuk menembus lapisan data dan masuk ke dalam benak konsumen. Inilah peran krusial dari riset kualitatif dan kuantitatif, yang secara khusus dirancang untuk memahami persepsi audiens. Melalui kombinasi survei terstruktur dan wawancara mendalam, perusahaan dapat menemukan jurang pemisah antara pesan yang ingin mereka sampaikan dan pengalaman serta pandangan yang sebenarnya dimiliki oleh pelanggan mereka. Proses ini membantu mengungkap brand equity yang sesungguhnya dan area di mana komunikasi merek perlu direvisi total.
Langkah pertama dalam memahami persepsi audiens secara terukur adalah melalui penggunaan survei. Survei adalah alat kuantitatif yang memungkinkan perusahaan mengumpulkan data dari sampel besar target pasar. Kuesioner harus dirancang secara cermat untuk mengukur metrik inti merek, seperti kesadaran merek (brand awareness), preferensi merek (brand preference), dan asosiasi merek (brand association). Misalnya, pertanyaan tentang skala Likert dapat digunakan untuk menilai seberapa kuat konsumen mengaitkan merek A dengan atribut “Inovatif” atau “Ramah Lingkungan”. Audit merek yang dilakukan setiap tahun (misalnya pada akhir kuartal ketiga) dapat membandingkan data survei dari tahun ke tahun untuk melacak perubahan persepsi seiring waktu. Akurasi data survei sangat bergantung pada representasi sampel yang tepat; peneliti harus memastikan bahwa responden (misalnya, 1.500 responden usia 25-45 tahun) mencerminkan demografi dan psikografi target pasar yang sesungguhnya.
Sementara survei memberikan gambaran umum apa yang dipikirkan audiens, wawancara mendalam (In-Depth Interviews atau IDI) dan Focus Group Discussions (FGD) membantu mengungkap mengapa mereka berpikir demikian. Wawancara mendalam adalah alat kualitatif yang esensial dalam memahami persepsi audiens pada tingkat emosional dan naratif. Dalam sesi wawancara, yang sering kali direkam dengan izin penuh responden (misalnya, pada hari Kamis pukul 14.00 WIB), fasilitator dapat mengajukan pertanyaan terbuka tentang pengalaman mereka menggunakan produk, perasaan mereka terhadap merek, dan cerita di balik keputusan pembelian mereka. Informasi kualitatif ini sering kali mengungkapkan narasi tersembunyi yang tidak pernah muncul dalam survei. Misalnya, seorang pelanggan mungkin memberikan skor loyalitas tinggi dalam survei, tetapi wawancara mendalam mengungkapkan bahwa mereka tetap loyal hanya karena faktor biaya, bukan karena ikatan emosional dengan merek.
Integrasi antara data survei dan wawancara mendalam sangat penting untuk menghasilkan temuan audit yang solid. Data kuantitatif dari survei menunjukkan brand awareness yang tinggi, sementara data kualitatif dari wawancara mengungkapkan bahwa kesadaran tersebut didorong oleh kampanye yang salah arah atau kontroversial. Tim audit, yang terdiri dari analis dan ahli psikologi konsumen, menggunakan kedua input ini untuk mengidentifikasi akar masalah. Dengan memahami persepsi audiens secara holistik, perusahaan dapat mengidentifikasi di mana letak kelemahan merek mereka dan merumuskan strategi komunikasi yang menyentuh inti nilai pelanggan. Laporan temuan ini menjadi panduan taktis, misalnya merekomendasikan penulisan ulang seluruh copywriting iklan media sosial untuk periode kampanye berikutnya, yang dimulai pada 1 Desember.